GOYANG BAJIDORAN DAN LAGU INDIA




Sebuah radio tua diputar dengan volume kencang. Tiga anak perempuan menari dengan gerakan acak di halaman rumah yang biasanya digunakan untuk mengeringkan gabah (butiran padi). Anak yang nampak paling dewasa berdiri di depan, lalu memberikan contoh gerakan untuk dua anak di belakangnya. Pada waktu sampai di lirik ‘’Cak-dum-dum, Cak-dum-dum, cak-dum-dum....’’ mereka meloncat kecil ke depan menimbulkan percikan di lapisan semen tempat kaki berpijak. Maklum, saat itu hujan baru saja turun. Halaman tempat mereka menari masih sedikit basah.

Tiga anak perempuan itu adalah kakak perempuan, saya dan adik sepupu. Saat itu baru saja film Dil To Pagalhai sedang hitz. Adegan Sharukhan dan Madhuri Dixit menari dengan anak-anak kecil di bawah guyuran hujan menjadi salah satu scene favorit kami. Entah apa yang waktu itu kami pikirkan, tapi bermain hujan-hujanan adalah momen masa kecil kami yang menyenangkan. Pernah saya dan kakak hanya memakai celana dalam keliling sekitar rumah saat hujan deras. Meski sebenarnya tanpa keliling mudah saja bagi kami main hujan karena waktu itu kamar mandi kami belum memiliki atap. Tapi sensasi mandi hujan sambil lari-larian sungguh menyenangkan.

Dari beberapa film India yang diputar di televisi, ada beberapa judul yang saya suka. Dari semua film itu, Mohabbatein, Kabi Kushi Kabi Ghum, Dil Hai Tumhara, dan Kahona Pyar Hai adalah favorit saya (waktu itu). Sementara itu Kuch Kuch Hotahai sudah terlalu membosankan karena keseringan diputar.  Saya masih mengingat isi ceritanya dengan baik. Ingat lagu-lagunya dan masih suka bahagia saat memutar videonya di usia sekarang. Meski semakin dewasa, saya jadi lebih pemilih soal film India. Film tema pendidikan macam 3 Idiot (tentang kritik sosial pendidikan modern yang menekan), Taare Zamen Paar (kisah guru yang berhasil menemkan metode mendidik siswa disleksia yang sebelumnya disangka bodoh dan nakal), lebih menarik perhatian saya dari pada tema cinta heroik. Atau tentang konflik dan perdamaian India-Turki yang judulnya Bajrangi Baijan juga bagus.

Saat itu, saya tentu juga suka nonton kartun anak macam Chibi Marukochan, Hamtaro, Sincan, Doraemon, tiap minggu pagi. Hanya saja karena film India tidak diputar sesering tayangan kartun, jadi kehadirannya cukup ditunggu.
Sebelum DVD berkeliaran, saya, kakak dan sepupu-sepupu perempuan saya gemar sekali mendengarkan Tape di rumah nenek. Lagu-lagu Westlife yang enak didengar dan beberapa lagu sedih diputar bergantian. Saya lupa judul lagu sedihnya apa. Tapi yang jelas ada yang liriknya seperti ini: ‘’Remang-remang cahayanya, di sela ranting cemara. Gambaran hatiku yang lara...’’ atau lagu-lagunya Ida Laila yang biasanya buat sountrack film pendek ‘’Hidayah’’.

Kadang kami goyang bareng. Satu lagu yang jadi favorit kami untuk goyang adalah lagu yang liriknya ada kata Goyang Bajidoran. Tapi barusan saya search di google saya tidak menemukan lagu yang saya maksud.
’Semua tangan di atas-atas...
Pinggul digoyang-goyang...
Gerakkan badanmu goyang bajidoran....’’

Semenjak ada DVD di rumah nenek, kami semakin dewasa, tidak suka goyang dan mendengarkan tape lagi. Waktu itu sedang marak Meteor Garden, kakak dan kakak-kakak sepupu saya tergila-gila nonton ini. Rela tidur malem biar nggak ketinggalan ceritanya. Tiap dari mereka punya idola favorit, mulai dari Jerry Yen, Vick Zou, Vannesszu hingga Ken. Saya ikut-ikutan. Tapi sebenernya tidak begitu. Beberapa tahun kemudian, saat muncul Boys Before Flowers, macam F4 nya Korea, saya tidak begitu tertarik. Saya lebih ingat film-film India. Hahaha.

Sayangnya Indosiar mencoba meniru India dengan membuat FTV yang menampilkan scene khusus buat pemainnya menyanyi, dan itu nampak aneh sekali. Mungkin karena temanya lebih sering menampilkan anak tiri yang tersiksa, kejahatan melawan kebaikan, dan penderitaan-penderitaan yang di romantisir lainnya. Salah satu lirik yang saya ingat bunyinya seperti ini: ‘’Ya... Illahi.... inikah...suratan....ooooo...inikah takdir’’ lalu pemainnya menangis di bawah hujan dan ditabrak mobil. Teman SD saya punya buku tulis khusus untuk mencatat lirik lagunya. Bibi saya suka sekali menonton ini. sekarang tayangan ini sudah bertransformasi. Tak lagi ada nyanyi-nyanyinya, tapi ganti ke tema Azab, FTV keluarga yang digambarkan kalau kejahatan tidak akan menang melawan kebaikan. Biasanya endingnya, antagonis jadi gembel, dan si baik jadi kaya. Yaampuuun.

Sebelum saya akhiri ,Akhir-akhir ini Sekli sering mengajak saya menonton video potongan lagu India di Youtube. Saya jadi nostalgia. Dan sore ini saya jadi ingat kakak perempuan, saudara sepupu dan radio tua milik simbah yang dulu sering kami dengarkan saat sore. Dan berubah jadi suara tayub saat malam. 

Semoga kalian semua dalam keadaan baik di manapun berada.

Komentar