Akhirnya,
libur juga. Hari ini mama mengajakku ke pasar. Mama mengenakan baju dan rok
berwarna biru. Aku mengenakan baju merah muda dan topi bulat berwarna merah
terang. Kami berangkat naik motor . Ini adalah kali pertama aku pergi ke pasar
dengan mama.
Ada
banyak sekali orang di pasar. Para penjual teriak-teriak menawarkan dagangannya.
Aku sedikit pusing mendengarnya. Mama memandangku. Aku tahu maksudnya, aku
diminta menutup telingaku jika mulai pusing. Tangan kananku terus mencengkeram
baju mama. Aku takut hilang di tempat ini.
Tiba-tiba
mama berhenti di sebuah tempat yang menjual beras dan tepung-tepungan. Warnanya
banyak sekali aku tak tahu namanya apa saja. Banyak sekali yang beli. Aku
melihat-lihat sekelilingku. Tiba-tiba mataku menatap sesuatu yang bergerak dari
kejauhan. Itu mirip seperti yang ada di sekolah. Hanya saja warnanya lebih
banyak dan ukurannya lebih beragam.
Aku berlari
menuju benda hebat itu. Kuamati baling-balingnya. Hembusan anginnya
menyegarkan. Mulutku terus mengatakan, ‘’Kipas....kipas....kipas....’’ tanpa
henti. Seorang laki-laki sedikit tua menghampiri. Mulutnya seperti mengatakan
sesuatu. Aku tak peduli. Kupegangi kerangka luar kipas yang menutup
baling-baling di dalamnya. Laki-laki itu mendekat, menarik tanganku untuk
keluar. Aku marah dan ingin menangis.
Sampai
di luar aku sadar aku sedang tidak bersama mama. Aku langsung menangis
memanggil mama. Aku menangis sambil mengingat-ingat di mana terakhir aku
bersama mama. Aku hanya melihat orang-orang yang lalu lalang di antara gundukan
cabe, telur, dan entah bahan-bahan aneh yang juga pernah kullihat di dapur mama.
Tangisku semakin kencang. Aku bingung. Wajah mama tak kunjung kelihatan. Aku sangat takut.
Aku
lari lagi. Terus mencari. Baju biru mama tak kelihatan juga. Aku pusing dan
beberapa orang mulai menghampiri. Mereka memberi pertanyaan yang tak kutahu maksudnya.
Mereka semakin banyak. Tangisku semakin keras. Aku menutup mukaku sembari terus
sesengukan. Hingga aku menyadari ada suara yang sangat kukenal. Aku membuka
mata dan segera memeluknya.
Mama, Uyi takut!!
Komentar
Posting Komentar