#jeda



Dunia bising. Pikiran riuh. Kecemasan menjalar. Di dunia yang serba cepat. Saya ingin diam sebentar. Pelan-pelan, tak ingin cepat-cepat merumuskan tujuan hidup.

Entah bagaimana ceritanya, saya menemukan nama Adjie Santoso, pakar mindfullness di medsos (yang ingin saya hindari untuk waktu yang dekat). Sulit menemukan akun kesehatan mental yang menenangkan. Beberapa riuh, menyudutkan, dan bla bla bla. Kali ini nemu, saya baca pelan-pelan postingannya.

Kamu tahu, menjadi overthinking di zaman yang serba cepat ini sangat melelahkan. Ditambah insecure yang terpupuk sejak kecil. Dan sulit untuk menata logika karena akarnya pikiran yang masih acak. Akarnya adalah saya belum belajar mindfullness dengan baik. Tidak hidup di momen sekarang, di tempat ini juga. Tapi tidak apa-apa. Saya belum terlambat. Pelan-pelan bisa mengurangi perbuatan yang menyebalkan saat pikiran mulai kumat.

Untuk sementara waktu, saya sedang belajar menulis potongan cerita tentang kisah anak Autisme. Akan rutin dipost di sini.  Sekali lagi ini diilhami tentang siswa dampingan saya, tapi bukan sepenuhnya tentang dirinya.

Selamat membaca, jangan lupa jaga kesehatan mental. :)

#1
Jam 6 Mama...!
            Mama bilang hari ini aku masuk SD. Akan ada teman baru dan semua yang serba baru. Seragam baru, buku baru, sepatu baru, sampai kaos kaki juga baru. Aku tak tahu mengapa harus selalu melewati hal-hal baru dari waktu ke waktu. Aku selalu kebingungan tiap menghadapinya.
            Lebih pagi dari biasanya, aku marah pada mama. Tiap hari sebelumnya, aku bangun pukul enam. Tapi kali ini mama membangunkanku pukul lima. Aku menangis dan terus mengoceh,’’Jam 6 Mama, jam 6 Mama, jam 6 Mama.....’’
Ocehanku tak dihiraukan. Meski sepertinya dia mencoba menjelaskan sesuatu dengan keburu. Tapi aku tak peduli. Bagiku bangun pagi adalah jam 6. Dan kali ini mama mengacaukannya. Sampai akhirnya kami berangkat pukul tujuh.*

*potongan cerita fiksi Gauri Agatha, by Fitri Hamasah.

Komentar