Sebuah
pintu hijau dengan tempelan origami menghiasinya. Aku masuk dengan bergandengan
tangan bersama Bu Mita. Anak-anaknya banyak sekali. Semuanya perempuan. Mereka
duduk dan mengalihkan pandangan matanya ke arahku. Di depan, orang yang akan
kami tuju ada ibu guru lagi. Tampaknya lebih tua dari Bu Mita, hanya saja
sedikit lebih kurus. Eh, bukan sedikit, tapi banyak.
Dia
tersenyum menyambutku. Aku diminta Bu Mita untuk mencium tangannya. Sembari
salim, saat akan aku lepas, dia masih mencengkeramnya, ‘’Assala...?’’ Aku
bingung. Kulepas tangannya tiba-tiba. Dia diam sambil memandang Bu Mita. Bu
Mita tampak menjelaskan sesuatu padanya. Aku tak paham. Lalu Bu Mita memegang
kepalaku lagi.
‘’Ini
Bu Ra....tih..... Bu...Raa...tih...’’ katanya dengan nada tinggi.
‘’Bu...Yatih...’’
kataku susah payah. Bu Yatih tersenyum.
Aku
diajak duduk di deretan kursi paling belakang. Ada bangku kosong di sana. Siapa
teman sebangkuku nanti? Aku diminta duduk. Rupanya Bu Mita duduk di bangku yang
sama denganku. Mengapa aku duduk dengan guru? Mengapa yang lain tidak? Lalu
siapa sebenarnya ibu guruku?
Komentar
Posting Komentar