Tolong, Jangan Libatkan Anak-anak!



Koordinator Shadow Teacher memanggil saya. Dia bertanya, apakah saya pernah bertanya kepada siswa, orangtuanya memilih capres yang mana saat di kelas? Dia mendapat laporan bahwa mama siswanya bilang bahwa beberapa hari ini anaknya bertanya hal tersebut berulang-ulang. Saya sedikit kaget dan merasa tidak pernah membahas ini dengan anak-anak di kelas. Saya lebih banyak fokus pada siswa yang saya dampingi, selebihnya hanya interaksi sederhana, bercanda soal makanan, atau saat mencoba menenangkan saat sebagian dari mereka nangis hanya karena tidak diajak bisik-bisik.  

Beberapa hari sebelum ini terjadi beberapa kelompok siswa di kelas berteriak serempak menyebut salah satu capres dengan sangat vokal. Saya langsung kaget dan ingin mencoba menetralkan agar mereka kembali bermain saja. Tapi upaya saya tersekat saat guru di kelas menimpali sambil bercanda ke guru satunya lagi, seolah sorak-sorak ini hal yang biasa saja. Setelah beberapa kali bercakap dengan salah satu guru di kelas, rupanya ada salah satu siswa yang sering terlibat aktifitas mamanya yang merupakan timses salah satu capres. Ikut kampanye di mana-mana dan memiliki gantungan kunci berwajah capres tersebut di tas sekolah yang dipakai. Story mamanya juga dapat dilihat saat anak ini memakai kaos timses, ikut jalan di panasan dan meneriakkan nama dan nomor urut capres mengikuti rombongan yang jalan di depan. Baru tahu saya kenapa di kelas bisa sangat vokal teman-temannya ikut berteriak nama capres junjungan mamanya berulang-ulang. Tapi mengenai saya bicara di depan kelas soal pemilu, sama sekali saya merasa tidak pernah melakukannya.

Memang beberapa kali saya diminta membantu guru di kelas menghandle anak-anak saat mereka bermain games, dan mengajari laba-laba kecil saat jam kosong, tapi bicara soal pemilu, hufh sama orang dewasa aja saya malas bicara soal ini. Hingga koordinator SHADOW percaya dengan saya dan meminta untuk menjelaskan pada guru di kelas. Setelah dikonfirmasi ke anaknya, ternyata memang ada guru pendamping lain yang memiliki nama yang sama dengan saya. Saya cukup lega, berhubung masih baru, sudah dicurigai ini itu, wkwkwk. Tiba-tiba teringat pada waktu liputan gerakan 212 di alun-alun saat anak-anak ikut di rombongan, panas-panasan, meneriakkan yel-yel yang horor (main bakar-bakar an), dan beberapa tampak mengantuk. Apalagi sampai ada yang rela bolos demi ikut acara ini yang dia sendiri saat ditanya ikut ya hanya karena ikut-ikutan.

Tolong, jangan libatkan anak-anak terlalu jauh untuk hal-hal yang lebih bersifat politis di usianya yang bahkan masih belum yakin maksud dari kegiatan itu apa. Hiks.

Komentar