TAK SOMPIL, MAKA TAK SAYANG


KSMtour.com



Salah satu hal yang membuat kita rindu pada suatu tempat adalah makanannya.

Tulungagung dan Trenggalek itu semacam dua bersaudara yang tinggal bersebelahan. Mulai dari tradisi, bahasa, budaya, hingga makanannya. Hampir semua makanan yang ada di Tulungagung, juga ada di Trenggalek. Begitu pula sebaliknya. Jika lebaran tahun ini Trenggalek besar-besaran merias jalanan, maka tahun depan hal yang sama bisa kita jumpai di Tulungagung. Terlebih bagi penduduk yang tinggal di perbatasan kabupaten seperti saya. Tak hanya itu, saya lahir dari pasangan dua kabupaten ini. Bapak asal Tulungagung, dan ibu dari Trenggalek.

Jika ditanya mengapa saya tiba-tiba ingin menulis ini? Sederhana, karena beberapa hari yang lalu saya rindu SOMPIL. Apa itu ya?

Akhir bulan Nopember saya ke Yogya, menginap di teman saya, namanya Mbak Raden. Menjelang kepulangan, saya diajak keliling daerah kosnya yang kebetulan dekat dengan tempat wisata bersejarah dari peninggalan Kerajaan Mataram di Kotagede. Ada Masjid Agung Kotagede, makam Raja-raja Mataram, pemukiman tradisional jawa,reruntuhan benteng Cipuri, Sendang Seliran dan Spot wisata tradisional yang menarik lainnya. Kami sengaja berangkat pukul 07.00 pagi saat masih sepi. Hanya ada kami dan para masyarakat abdi dalem yang sedang bersih-bersih. Senyum selalu menghiasi siapapun warga yang berpapasan. Para sesepuh masih tampak sehat beraktifitas di sekitar rumah.

Setelah puas, kami sepakat ke Pasar Legi Kotagede. Pasar adalah salah satu tempat yang sayang untuk dilewatkan saat berkunjung di tempat yang baru. Lokasinya bersih, tertata rapi, space untuk pengunjung berlalu lalang tak begitu sempit, lantai berkeramik dan aromanya yang tak begitu menyengat. Sampai saya menemukan sebuah tulisan berbahasa jawa disertai aksara jawa yang bunyinya, ‘’Pasare Resik, Rejekine Apik’’, (Pasarnya bersih, rejekinya bagus).
Kami sepakat membeli makan dan jajanan pasar. Makanan berat yang kami tuju adalah ibu penjual urap yang ramai pembeli. Terdapat nasi, parutan kelapa yang dibumbui, kenikir, daun pepaya, daun singkong, kecambah, sambal tempe, lodeh tahu tempe dalam satu porsinya. Satu porsinya hanya Rp 3.000 dan Rp 2.500 jika tanpa nasi. Rupanya saat kami makan rasanya enak, bumbu di parutan kelapanya pas, sampai beberapa dedaunan yang masih mentah terasa lebih enak. Lalu kami membeli jajanan lupis di penjual sebelahnya seharga Rp 3.000. Lupis di Jogja lebih berbentuk lontong yang diiris, berbed dengan di Jember yang dikemas berbentuk segitiga tiap biji.

Di tengah pasar tersebut saya ingat Sompil dan tiba-tiba kangen padanya. Setelah saya tanya ke Mbak Raden, rupanya dia tak tahu apa itu Sompil.
Jadi sompil adalah irisan lontong dengan sayur lodeh dibungkus dengan daun pisang atau jati. Biasanya ditambahkan pula tempe goreng per bungkusnya. Lontong dalam sompil ini lebih terasa nikmat karena biasanya dimasak dengan kemasan dedaunan jadi warnanya sedikit kehijauan dan tekstur yang sedikit padat dibanding jika dimasak dengan plastik. Waktu kecil harganya masih Rp 5.00. Sekarang bisa berkisar antara Rp 1000-3000. Tergantung dimana kita membelinya. Dulu saya sering dibelikan ibu di tukang sayur keliling. Saat ini sompil masih bisa dijumpai di Trenggalek maupun Tulungagung.

Selain sompil, makanan khas lain berupa nasi bungkus dengan isiannya di Trenggalek adalah Sego Gegok. Terdapat nasi (beberapa penjual memilih nasi liwet dan ada juga yang nasi biasa) yang di atas maupun tengahnya ditaburi varian lauk mulai dari sambal teri hingga sambal goreng tempe dan dibungkus dengan daun pisang. Harganya juga terjangkau, dengan Rp 3.000 saja sudah cukup mengobati rasa penasaran kita. Tapi saya mengenal nasi ini pada waktu SMA, kebetulan saya sekolah di Trenggalek dan ada teman saya yang berjualan Sego Gegok. Sego gegok jualan teman saya ini lebih mirip arem-arem karena isiannya diletakkan di tengah nasi yang teksturnya mirip lontong dan dibungkus daun pisang yang memanjang. Bedanya pada arem-arem nasinya menggunakan santan.

Tapi tetap saja, tiada yang bisa mengalahkan sensasi sompil di hati saya.
Saya kangen sompil, jika berkesempatan pulang kampung, hal pertama yang saya cari adalah sompil. Hidup sompil...

Komentar