Mengenali Kecerdasan, Memaknai Kehidupan


-Nurfitriani-
Alkisah di sebuah kota yang di huni oleh para binatang, didirikanlah sebuah sekolah khusus untuk para binatang kecil. Terdapat beberapa mata pelajaran di sekolah tersebut, antara lain memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali. Para pendirinya tidak bersepakat mata pelajaran mana yang paling penting sesuai dengan kebutuhan masing-masing binatang kecil. Hingga akhirnya semua murid dituntut untuk menguasai semua mata pelajaran. Pada mulanya semua berjalan lancar. Namun suatu ketika terjadi peristiwa yang merubah suasana sekolah. Tersebutlah kelinci, yang pandai berlari mengalami kepayahan saat mengikuti pelajaran berenang. Ada lagi si elang yang memiliki sayap dan cakar yang kuat untuk terbang mengalami berbagai masalah berkali-kali saat mengikuti mata pelajaran menggali. Kelinci dan elang akhirnya disibukkan dengan kegiatan les tambahan. Hingga akhirnya kemampuan mereka yang menakjubkan perlahan-lahan terlupakan karena terlalu sibuk mengikuti kegiatan les tambahan.
Ilustrasi di atas pernah dituliskan oleh Amstrong (1987) dalam bukunya yang berjudul “In their own way: Discovering and encouraging your child’s personal learning style” untuk menyadarkan para orang tua, pendidik, dan para pemerhati pendidikan akan kekeliruan praktik pendidikan yang telah mereka lakukan. Selama ini, pandangan terhadap tingkat kecerdasan di dunia pendidikan hanya didasarkan pada angka-angka secara akademis. Kecerdasan seringkali diukur tingkatannya berdasarkan uji tes IQ yang dipelopori oleh Alfred Binet. Di kelas selalu saja ada pengkategorian antara anak yang di atas rata-rata, rata-rata dan di bawah rata-rata. Dia yang pandai matematika dan rangking di kelasnya adalah raja, dan yang lain biasa-biasa saja.
Berawal dari kegelisahan Howard Gardner atas pandangan tersebut, lahirlah teori Multiple Intellegence dalam bukunya yang berjudul “Frame of Mind”. Ia tidak sepakat bahwa kecerdasan hanya diukur dari aspek intelektual saja. Gardner berpendapat bahwa ada delapan jenis kecerdasan, yang terdiri dari aspek-aspek verbal-linguistik (verbal-linguistic Intelligence), kecerdasan logika matematika (logical mathematical intelligence), kecerdasan visual-spasial (spasial intelligence), kecerdasan gerak tubuh (bodily-kinesthetic intelligence), kecerdasan musical-berirama (musical-rythmic intelligence), kecerdasan antardiri (interpersonal intelligence), kecerdasan dalam-diri (interpersonal intelligence), dan kecerdasan alam-natural (naturalistic intelligence).
Berikut ini uraian mengenai masing-masing kecerdasan di atas:
1. Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik untuk mempengaruhi maupun memanipulasi. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan linguistik bermanfaat untuk: berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis.
2. Kecerdasan Logika Matematika
Kecerdasan Logika-Matematika melibatkan ketrampilan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Dalam kehidupan sehari-hari kecerdasan ini bermanfaat untuk: menganalisa laporan keuangan, memahami perhitungan utang nasional, atau mencerna laporan sebuah penelitian.
3. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan Spasial melibatkan kemampuan seseorang untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala (dibayangkan) atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Kita membutuhkan kecerdasan ini dalam hidup sehari-hari juga, misalnya: saat menghias rumah atau merancang taman, menggambar atau melukis, menikmati karya seni, dsb.
4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani adalah kecerdasan seluruh tubuh dan juga kecerdasan tangan. Dalam dunia sehari-hari kita sangat memerlukan kecerdasan yang satu ini, misalnya: membuka tutup botol, memasang lampu di rumah, memperbaiki mobil, olah raga, dansa, dsb.
5. Kecerdasan Musikal
Kecerdasan Musikal melibatkan kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama, atau sekedar menikmati musik. Dalam keseharian, kita mendapat manfaat dari kecerdasan ini dalam banyak hal, misalnya: saat kita menyanyi, memainkan alat musik, menikmati musik di TV / radio, dsb.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi, keluarga, dan pekerjaan, kecerdasan ini dinilai mutlak diperlukan - dan seringkali disebut sebagai "yang lebih penting" dari kecerdasan lainnya untuk dapat sukses dalam hidup. Kecerdasan intarpersonal ini melibatkan banyak hal, misalnya: kemampuan berempati, kemampuan memanipulasi, kemampuan "membaca orang", kemampuan berteman, dsb.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan Intrapersonal adalah kecerdasan memahami diri sendiri, kecerdasan untuk mengetahui “siapa diri saya sebenarnya” - untuk mengetahui “apa kekuatan dan kelemahan saya”. Ini juga merupakan kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri dan untuk mempercayai diri sendiri.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan Naturalis melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam di sekitar kita. Dalam hidup sehari-hari kita membutuhkan kecerdasan ini untuk: berkebun, berkemah, atau melakukan proyek ekologi.
            Berdasarkan jenis-jenis kecerdasan tersebut, setiap orang bisa memaksimalkan potensinya guna mencapai kesuksesan. Kecerdasan mampu dikembangkan sepanjang hidup seseorang. Tidak ada manusia yang bodoh ataupun pintar. Tetapi yang ada adalah dia yang unggul di bidang tertentu. Kemampuan seseorang dalam menemukan kecerdasannya juga memerlukan beberapa proses selama bertahun-tahun bergantung pada lingkungan yang merangsangnya untuk berkembang. Maria Saraphova, seorang petenis dunia, menjadi juara Tennis Japan Open pada usia 15 tahun, sedangkan Kolonel Sanders, penemu ayam KFC mencapai puncak keemasannya pada usia 65 tahun. Tidak ada yang terlambat, hanya saja proses penemuan kita saja yang kurang cepat.
            Mereka yang tinggi IQ nya belum tentu lebih sukses di masa depan dibanding mereka yang tingkat IQ nya biasa saja. Ukuran bagi kesuksesan bukan hanya berdasarkan uang, materi, atau sebanyak apa harta yang dimiliki. Banyak orang yang kaya namun tidak bahagia. Kuncinya adalah bekerja dengan hati karena mencintai profesi yang dimiliki. Betapa mereka yang bekerja sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki akan lebih mencintai profesinya. Semacam hobi yang dibayar, profesi yang membuat kita enggan keluar. Kita memang diciptakan berbeda dan hidup akan biasa saja jika semuanya memiliki profesi yang sama.
Siapa yang akan menjadi murid jika semuanya adalah guru?
Siapa yang menjadi pasien jika semua orang adalah dokter?

            Setelah ini duduklah sebentar, memahami dirimu dengan benar. Apa yang kamu suka, dan apa yang membuatmu berbeda dari yang lainnya. Gali lebih dalam lagi dan maksimalkan apa yang telah kamu miliki. Mulailah hari ini, sebelum engkau menyesal beberapa tahun lagi []. 

Komentar