tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Ini adalah pagimu. Gadis yang
lebih memilih berbelanja di toko buku daripada di toko sepatu. Gadis dengan
deretan buku novel di lemarinya. Gadis sederhana dan kadang masih malu-malu
untuk bersuara. Calon guru yang tabah. Penulis fiksi yang kadang masih belum
percaya diri untuk berekspresi. Dan... pecinta dunia korea yang jarang terlihat
susah. Selamat berkurang usianya Mbak Sekli. Hehehe...
Kamu lahir bersama turunnya
rintik hujan di Bulan Juni. Aku sempat iri denganmu. Mengapa Om Sapardi hanya
membuatkan puisi di bulan kelahiranmu? Mengapa tidak di bulan Pebruari? Biar setidaknya
setiap aku ulangtahun ada kado spesial yang sudah diabadikan. Tapi aku hanya
bisa memendamnya. Dan malam ini aku mengikuti jejak Om Sapardi, untuk
mengabadikan kelahiranmu melalui puisi. Bukan Cuma Yoo
Shi Jin dalam
film Descendants of the Sun saja yang
bisa romantis pada Kang Mo Yun, aku juga bisa. Sebagai teman yang masih sering
merepotkanmu, dan sesekali pura-pura romantis menulis tentangmu.
Sebelum kuliah di Kota Tembakau
ini, aku sudah pernah mengenalmu. Namun tak begitu banyak yang kutahu. Hingga kita
bertemu disini, dan kamu ikut denganku untuk gabung ke UKM jurnalistik yang
orang-orangnya lucu-lucu (lebih tepatnya aneh) sekali. Kita berproses bersama. Lalu
sesekali bercerita tentang mimpi, puisi dan apa-apa yang awalnya tak begitu
kita pahami. Beberapa teori kita dapati, beberapa lagi masih berusaha keras
untuk dimaknai. Dan kita masih berdiri di area yang sama. Berjarak begitu jauh
dengan zona nyaman mengajari kita banyak hal. Tekanan-tekanan dan
deadline-deadline itulah yang mendewasakan kita.
Dibalik diammu, aku selalu
menemukan sesuatu yang lucu. Kau pernah juara lomba baca puisi dan pecinta film
Korea sejati. Sesekali kau menyanyi, dan suaramu cukup merdu dari pada suaraku
yang kadang mirip suara kucing yang ekornya terjepit lemari. Meskipun engkau
pendiam tapi percayalah, tulisanmu bisa lebih lantang daripada toa di
masjid-masjid. Ingatkan katanya Mama dalam Novel Anak Semua Bangsa pada Minke:
“Tahu Kau mengapa aku sayangi Kau lebih dari Siapapun ? Karena Kau menulis,
suaramu tidak akan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di
kemudian hari”.
Tapi kamu harus lebih percaya
diri mulai pagi ini. kau tahu kan, sekarang hidup sudah semakin ganas. Kau maju
atau oranglain menggeser posisimu. Kau bersuara atau mau dianggap tidak ada
kehadirannya. Kau harus lebih berani, tak usah malu ataupun merasa rendah diri.
Hujan bulan juni adalah salah
satu simbol ketabahanmu. Kau pernah merindu, tapi masih mau sabar menunggu. Menunggu
kepastian katamu, bahwa jodoh pasti bertamu. Denganmu aku terbiasa untuk tak
terlalu bingung perkara lelaki dan apa-apa yang nanti berkaitan dengan calon suami.
Kadang kita memikirkan, tapi tak begitu merasa dipusingkan. Tema majalah kita
edisi ini jauh lebih membuat kita penasaran bukan?
Mungkin ini dulu yang bisa
kutulis padamu. Jika kutulis semuanya disini, apa yang bisa kutuliskan untuk partner hidupku nanti? (Eh kalimat ini dilewati saja :D). Jangan lupa minum air
putih dan tidur yang cukup. Aku tunggu novelmu dan jangan takut untuk berkarya
lebih dari sebelumnya. Ingat, kau harus LEBIH PERCAYA DIRI pagi ini. Salam hangat
dan semangat.
Dariku, orang aneh yang masih sering
berusaha memahami bahasa hati(korea)mu
Komentar
Posting Komentar