Untukmu Mahasiswa Bidikmisi, Berjuanglah Sepenuh Hati
Oleh: Nurfitriani
Apa kabar para pejuang yang mencoba
memerangi kemiskinan?
Apakah uang bulan
ini sudah bisa dicairkan?
Masihkah kau
bersyukur meski gaya hidupmu pas-pasan?
Semoga
kau masih tetap semangat mewujudkan mimpi yang dulunya hanya mampir di
sanubari. Sesama mahasiswa bidikmisi, tiba-tiba saja aku ingin menyapamu dari
hati ke hati. Siapa tahu kaupun senang membaca suratku dan lebih bersemangat
mewujudkan mimpi itu.
Hampir saja kau putus asa, namun Tuhan meyakinkanmu bahwa kesempatan
itu masih ada
Malam itu
kebimbangan melanda, antara melanjutkan atau memilih bekerja. Maksud hati ingin
terus mereguk nikmatnya mencari ilmu, namun apalah daya tersendat biaya. Waktu
pendaftaran semakin dekat, kegelisahan semakin hebat. Hingga seorang guru BK
terus memotivasi agar daftar program bidikmisi. Kau lengkapi semua persyaratan,
berharap mimpimu jadi kenyataan. Dan doa itu terus dipanjatkan. Hingga
pengumuman itu datang, memberi kabar gembira setelah sempat gagal sebelumnya.
Masih kau ingat airmata ibu kala itu, ditambah lagi senyum haru ayahmu. Tiada
yang lebih istimewa daripada senyum mereka.
Ayah Ibumu senang luar biasa, mereka berharap masadepanmu lebih indah
dari mereka
Setelah
pengumuman itu datang, kau bisa melihat perubahan yang jelas di wajah kedua
orangtuamu. Senyum itu lebih sering kau temukan, semangat mereka seperti
terbarukan. Mereka mulai mengajakmu ke pasar membeli keperluan hidupmu di sana
nanti. Tak peduli uang mereka yang sedikit itu dibelanjakan, yang penting
kebutuhanmu di kejauhan nanti tidak kekurangan. Kau mulai mendengar nada bangga
ibumu kala menjawab pertanyaan pedagang-pedagang itu, bahwa anaknya dapat
beasiswa dan akan jadi sarjana. Ayahmu juga tak kalah bangganya, ia senantiasa
tersenyum penuh syukur saat para tetangga memberikan ucapan selamat padamu. Senyum
mereka terus mengembang,hingga saat pemberangkatan itu datang. Mereka memelukmu
erat, berharap kau sampai di tujuan dengan selamat.
Kau mulai menikmati status barumu sebagai mahasiswa bidikmisi, dengan
penuh rasa tanggung jawab kaupun belajar untuk hidup mandiri
Kaupun
berhasil masuk ke perguruan tinggi
favorit yang selama ini kau impikan. Berbagai bentuk manusia dengan karakter
berbeda mulai kau temukan. Kini semuanya harus mulai kau kerjakan sendiri. Dari
mencuci baju hingga membersihkan kamar mandi. Orangtuamu hanya bisa mendoakanmu
sepenuh hati. Uang saku seadanya diberikan padamu untuk bekal hidup di kota
orang seorang diri. Statusmu sebagai seorang mahasiswa apalagi bidikmisi
membuatmu menyadari, bahwa harapan itu bukan hanya datang dari orangtuamu
sendiri. Negara kita menunggu kiprahmu suatu hari nanti, kau harus bisa lebih
dari ini.
Persaingan tidak sampai disitu, kompetisi itu senantiasa menunggumu
untuk bisa lulus tepat waktu
Begitu
diterima melalui persaingan yang begitu ketatnya, kau bisa sedikit lega. Bahwa
diantara ribuan orang itu, kau merupakan salah satu orang yang beruntung bisa
masuk disitu. Ditambah lagi status sebagai mahasiswa bidikmisi membuatmu cukup
bisa berbangga hati. Namun ternyata kau baru sampai di gerbangnya, persaingan
keras menantimu di luar sana. Tuntutan untuk memiliki IPK minimal 3 di tiap
semesternya dan harus lulus tepat waktu membuatmu harus semakin kuat untuk
bertahan. Kau mulai menemukan fakta bahwa masih banyak orang-orang yang lebih
cerdas darimu disitu. Namun kau tidak menyerah, memang itulah konsekuensi atas
bantuan yang diberikan pemerintah. Justru inilah penyemangatnya, dan
perjuanganmu ternyata tidaklah sia-sia.
Menjadi mahasiswa dengan tanggung jawab ganda membuatmu malu untuk
hanya jadi mahasiswa biasa
Melalui
sosialisasi pemerintah lewat perguruan tinggi kau terus dimotivasi untuk
menjadi mahasiswa yang tidak biasa-biasa saja. Kaupun mulai aktif
berorganisasi, tak lupa sembari terus berusaha agar nilai akademikmu terus
meninggi. Berbagai perlombaan hingga beberapa PKM (Program Kreatifitas
Mahasiswa) mulai kau ajukan, deretan prestasi itu mulai berdatangan. Namun
sesekali kaupun lelah, dengan organisasi yang bejibun sibuknya dan menumpuknya
tugas kuliah. Nilaimu bahkan pernah turun, hingga kau sempat kecewa dan berpikir
untuk fokus di kuliah saja. Padahal ketika kita terjun di dunia kerja nanti,
skill dan kepemimpinan kita juga dipertimbangkan selain nilai akademik itu. Hingga
nurani menyadarkanmu, bahwa kesuksesan itu memang tak didapatkan dengan begitu
mudahnya. Tak apa jika waktu istirahatmu berkurang, bayangan akan indahnya masa
depan dan senyum orangtuamu yang mengembang adalah alasanmu untuk terus
berjuang.
Mendapatkan uang bulanan dari beasiswa, membuatmu terbiasa hidup
sederhana
Terkadang kau
mengeluh ketika uang bulanan cair terlambat, karena keuanganmu sudah sekarat
dan kebutuhanmu mendesak hebat. Biaya hidup dari pemerintah sudah sangat
membantumu, namun kebutuhan lain terkadang membuat orang tuamu mengirimkan
jatah tambahan. Kau malu jika terus-terusan mendapatkan kiriman, hingga
akhirnya pola hidupmu benar-benar kau perhatikan. Kau mulai belajar untuk
memasak sendiri, sesekali hanya sarapan dengan sambal dan nasi. Kau juga pernah
belajar berjualan, untuk membantu menambah uang jajan. Jika teman-temanmu yang lebih
berkecukupan lainnya bisa membeli apa yang diinginkan, kamu hanya membeli apa
yang kamu butuhkan. Terkadang kamupun ingin seperti mereka, namun begitu ingat
bahwa kamu memang mahasiswa yang berbeda akhirnya keinginan itu segera sirna.
Angan tentang masa depan sesekali muncul di tengah jalan, rasa syukur
ini membuatmu lebih bahagia menata kehidupan
Kaupun mulai
membayangkan hari dimana kelak dalam suatu rumah yang indah kau mempunyai
sebuah keluarga yang berkecukupan. Ayah ibumu telah menikmati masa tua mereka
dengan berkumpul bersama anak cucunya dengan bahagia. Saat itu kau telah
menjadi seseorang yang sukses, pekerjaan yang dulu kau impikan telah kau
dapatkan. Kau tak perlu khawatir tentang pendidikan anakmu, bahkan tetanggamu
juga tak jarang kau bantu. Angan-angan itu sempat muncul di benakmu. Tak apa
jika orangtuamu sempat diremehkan karena kekurangannya, tapi buktikan bahwa
kelak merekalah orangtua paling bahagia di dunia. Anugrah yang begitu indahnya
membuatmu terus mengucap syukur, betapa nikmat TUHAN memang tiada habisnya.
Tugasmu adalah berusaha hidup sebaik-baiknya.
Apapun
jalan kita nanti, tetap ingatlah kata-kata ini. Dulu kita dibiayai uang rakyat,
maka nanti tetap ingatlah untuk berbagi kepada kaum-kaum melarat. Kemiskinan
memang telah diderita bangsa kita, kitalah yang dipercaya bisa memutus
rantainya. Selelah apapun itu, ayah ibumu bangga memiliki anak sepertimu.
Jangan kecewakan mereka dan tetaplah berusaha sekuat tenaga. Selamat
melanjutkan perjalanan teman, semoga kita bisa berhasil sampai di puncak
bernama kesuksesan.
Dariku, saudara seperjuanganmu
Komentar
Posting Komentar