Suka Duka Jadi Pers Mahasiswa

Suka Duka Menjadi Pers Mahasiswa
                Ketika kita masuk ke dunia kampus, akan berkenalan dengan berbagai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang dulu ketika masih SMA sering kita kenal dengan kegiatan Ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan ini menjadi wadah bagi mereka yang ingin mengembangkan bakat sesuai dengan minatnya. Ada banyak sekali UKM yang bisa kita pilih, misalnya saja UKM Kesenian, UKM Olah raga, UKM Penalaran, PMI, dan berbagai UKM lain yang sesuai dengan bidang masing-masing. Ada salah satu UKM menarik yang jarang sekali menjadi pilihan namun menyimpan manfaat yang jarang dimiliki oleh UKM lain, yaitu Pers Mahasiswa. Berikut ini akan saya jelaskan suka duka menjadi pers mahasiswa sesuai dengan pengalaman saya ketika berada di UKPKM (Unit Kegiatan Pers Kampus Mahasiswa) Tegalboto di Universitas Jember.
1.              Tugas untuk membuat sebuah tulisan menuntut mereka untuk banyak-banyak membaca
Ketika menulis, terutama opini kita dituntut untuk mencari referensi yang sekiranya dapat mendukung pendapat kita. Selain itu membaca buku sangat dianjurkan sebagai salah satu cara untuk mencari inspirasi dalam menulis. Membaca juga digunakan sebagai media belajar untuk mengetahui macam-macam tulisan dalam dunia kewartawanan. Mereka yang sebelumnya hanya membaca tulisan, laporan serta bacaan lain tentang materi kuliah yang akan dipresentasikan, kini diwajibkan membaca tulisan atau buku-buku lain dengan tema yang lebih luas. Wawasan menjadi bertambah luas bukan materi kuliah saja. 

2.              Teman tersebar dimana-mana, baik dari fakultas lain baik dari universitas yang sama maupun universitas yang berbeda
Ikut UKM Persma terutama yang tingkat universitas membuat kita memiliki banyak teman dari fakultas lain. Bukan hanya teman-teman UKM yang memang telah terdaftar dan turut berjuang bersama kita, namun ada juga teman-teman serta kenalan narasumber terwawancara dari sebuah kejadian yang akan diberitakan. Misalnya saja ketika ada demo di FKIP, kita akan mencari mahasiswa, dosen serta pelaku yang bersangkutan dengan kejadian tersebut. Perkenalan yang luas tersebut membuat kita tahu banyak hal yang ada di kampus kita bukan hanya tingkat fakultas. Semakin banyak teman, semakin mudah langkah kita untuk menjangkau kesuksesan.

3.              Kemampuan berpikirnya lebih sistematis, karena terbiasa menulis
Menulis membiasakan kita untuk berpikir lebih sistematis. Dalam dunia Pers, kita dilarang untuk asal menyusun ketika menulis. Sebelum membuat tulisan kita diminta untuk menyetorkan Outline (Kerangka Tulisan) yang menjadi arah dan acuan ketika menulis. Bagaimana kita membuka sebuah tulisan yang menarik, menyajikan isinya dengan terstruktur lalu menutupnya dengan penutup yang menarik pula. Paragraf yang ditulis juga harus tertata, memperhatikan EYD dan kaidah penulisan lainnya. Maka ketika di kuliah mereka ditugaskan untuk menulis atau membuat laporan lainnya mereka tidak terlalu bingung, karena sudah terbiasa berpikir secara sistematis. Tahu menempatkan mana yang di awal, di tengah, maupun di akhir.
4.              Kejar-kejaran dengan deadline, harus menyeimbangkan tugas di media maupun tugas kuliahnya
Bergabung dengan dunia pers membuat kami berkejar-kejaran dengan yang namanya deadline. Kami dituntut untuk bekerja sesuai dengan timeline yang telah disepakati bersama. Kami berjuang agar media yang kita garap terbit tepat pada waktunya. Karena ketika terlambat dan molor, maka topik tersebut sudah tidak menarik lagi untuk dibaca. Dari inisiasi, wawancara, menulis, editing, dan sebagainya harus tepat waktu jika tak ingin menanggung resikonya. Pemimpin redaksi juga tak bosan-bosan mengingatkan demi berhasilnya tulisan selesai tepat waktu. Belum lagi tugas kuliah yang menumpuk juga menjadi tantangan tersendiri bagi Pers Mahasiswa.    
5.              Ketika tulisanmu dianggap bermasalah, siap-siap dicari dan berhadapan dengan para petinggi universitas
Salah satu kode etik yang dijunjung tinggi dalam dunia pers adalah mengungkap kebenaran. Tak jarang beberapa mahasiswa menulis tentang kebijakan kampus yang dianggap tidak benar, ada lagi yang menulis fakta birokrasi yang seringkali timpang bak petinggi negara yang sesekali melakukan penyelewengan dan tulisan lain yang seringkali dianggap kontroversi. Akibatnya mereka harus membayar konsekuensi atas keberanian tersebut. Dari resiko berhadapan dengan rektor, DO hingga ancaman akan dikeluarkan bisa saja mereka dapatkan. Kebenaran memang harus dibayar mahal!
6.              Sudah terbiasa melakukan reportase, penelitian bukan lagi hal menakutkan
Reportase merupakan teknik mencari informasi tentang suatu kejadian yang akan dibuat menjadi suatu tulisan. Dari hal yang dianggap kurang penting, hingga hal yang dianggap sangat penting untuk ditulis harus benar-benar diperhatikan. Mereka sudah terbiasa melakukan wawancara dengan berbagai model narasumber, dari yang mudah ditemui hingga yang sulit ditemui. Perkuliahan juga senantiasa identik dengan penelitian. Teknik reportase juga bisa digunakan sebagai salah satu metode dalam meneliti. Mereka yang sudah terbiasa mewawancara tak canggung lagi ketika berhadapan dengan informan maupun masyarakat yang lebih luas lainnya.
7.              Memiliki kemampuan editing yang baik terhadap makalah, laporan dan tugas kuliah lainnya
Sebelum diterbitkan tulisan yang telah masuk di meja redaksi harus diedit terlebih dahulu dengan teliti. Dari tanda titik, hingga susunan kata sesuai ejaan juga sangat diperhatikan. Mana yang tepat untuk dituliskan, dan mana kata-kata yang harus diperbaiki semuanya menjadi hal penting yang harus diperhatikan saat melakukan editing. Sehingga ketika berhadapan dengan tugas kuliah, laporan dan tugas kuliah lain mereka menjadi sangat peka terhadap suatu kesalahan dan menyusun tugas yang lebih enak dibaca.
8.              Siap-siap mengakrabkan diri dengan lembur hingga larut malam, kopi dan diskusi
Tulisan belum kelar, tugas sedang banyak-banyaknya, membuat kami harus berburu dengan waktu. Tak jarang kami lembur hingga malam guna menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Selain berteman dengan malam para pers mahasiswa juga sangat erat kaitannya dengan kopi dan diskusi. Kami bisa diskusi dimana saja, baik di ruang redaksi maupun di warung kopi. Tak masalah dimanapun tempatnya, diskusi adalah hal yang luar biasa.
9.              Selalu update dengan berita terbaru, karena topik dan isu hangat adalah makanan pokok bagimu
Menjadi seorang wartawan mengharuskan kita untuk rajin mencari informasi yang sedang hangat dibicarakan. Tema-tema yang akan dituliskan tak jarang mengambil topik tersebut. Entah itu untuk dijadikan sebuah media atau hanya sekedar untuk dijadikan bahan diskusi. Sehingga kita tak ketinggalan informasi, namun menjadi sumber informasi.
10.          Berhadapan dengan berbagai informan, membuat kita kaya akan wawasan
Informan atau narasumber adalah hal yang harus diperhatikan saat melakukan reportase. Menjadi pers memberi kesempatan kita untuk bertemu dengan orang-orang penting dengan segudang ilmu penting yang tak kita dapatkan dari bangku perkuliahan. Sehingga wawasan kita bertambah dan mendapat kesempatan yang langka didapat oleh beberapa mahasiswa.


Demikian suka duka menjadi Pers Mahasiswa yang tak didapat dari UKM lainnya. Menarik bukan? Tertarik untuk mencobanya? SALAM PERSMA! J

Komentar