Penduduk
Padat, Masadepan Melarat
Oleh : Nurfitriani
“Seratus
tiga puluh lima juta, penduduk Indonesia
Terdiri
dari banyak suku bangsa, itulah Indonesia....”
Masih
ingat dengan lirik lagu diatas? Tepatnya pada tahun 1977 lagu ini diciptakan
oleh seorang raja dangdut bernama Rhoma Irama yang kini mencoba menduduki kursi
politik di negara kita. Namun apakah jumlah penduduk Indonesia saat ini masih
sesuai dengan judul lagu yang melegenda pada jamannya tersebut?
Jumlah penduduk
Indonesia hingga tahun 2014 mencapai 253.609.643 jiwa. Bahkan Kementan
Indonesia memprediksikan pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia mencapai 293,88
juta jiwa. Jumlah
yang sangat fantastis itu membuat negara kita menduduki
peringkat empat sebagai negara dengan penduduk terpadat di dunia, setelah Cina,
India dan Amerika Serikat. Peringkat yang dicapai tersebut bukanlah suatu
prestasi apabila tidak disertai dengan peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi
penduduknya secara merata. Hal ini
sangat berpengaruh pada masa depan negara kita, khususnya di masa-masa yang
akan semakin menuntut berbagai negara untuk bersaing dalam menguasai
perekonomian dunia. Namun untuk negara berkembang seperti Indonesia dengan
jumlah penduduk yang begitu dahsyatnya, apakah mampu mengikuti persaingan
tersebut? Padahal negara kita kaya dengan keanekaragaman sumber daya alam yang
dimilikinya. Namun ternyata itu semua bukan jaminan untuk mengubah negeri yang
konon katanya dijuluki Gemah Ripah Loh
Jinawi ini menjadi negara yang disegani oleh dunia. Bagaimanakah masa depan
negara ini dengan kepadatan penduduknya yang semakin meningkat jika ditinjau
dari kesejahteraan sosial ekonominya?
Berikut akan dijelaskan enam dampak
utama dari peningkatan kepadatan penduduk Indonesia di masadepan, diantaranya:
1.
Lahan pertanian yang semakin menyempit
Pertumbuhan penduduk
yang semakin meningkat berpengaruh pada luas lahan pertanian yang ada. Saat ini
banyak lahan pertanian yang telah dialihfungsikan menjadi lahan-lahan
perumahan, industri, toko-toko besar serta berbagai lahan nonpertanian lainnya.
Data BPS menyebutkan setiap tahun 80 ribu hektare lahan pertanian hilang. Padahal
luas lahan pertanian memiliki peran yang penting dalam meningkatkan
produktivitas kebutuhan pangan yang ada di negara kita. Media Detik.com pada tahun 2013 menyebutkan, luas
lahan pertanian yang ada saat itu mencapai 7,75 juta hektar dengan populasi 240
juta orang. Angka tersebut hanya 1/4 dari luas lahan yang dimiliki Thailand
yang mencapai 31,84 juta hektar dengan populasi 61 juta orang. Apa Indonesia
tidak malu dengan negara tetangganya yang luas wilayahnya tidak seluas negara
ini?
2.
Kebutuhan pangan yang semakin terbatas
Manusia memerlukan
makanan untuk mempertahankan hidupnya. Konsumsi beras Indonesia hingga tahun
2013 mencapai 139 Kg/kapita/tahun yang merupakan jumlah tertinggi di dunia. Hal
tersebut menggambarkan bahwa hampir 250 juta penduduk Indonesia tergantung akan
beras. Diproyeksikan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai
293,88 juta jiwa (Kementan, 2013), yang berarti akan meningkatkan kebutuhan
beras dari 34,8 juta ton pada tahun 2013 menjadi 40,8 juta ton pada tahun 2025
dengan asumsi konsumsi per kapita masih sama. Sementara itu produksi beras Indonesia tiap
tahun masih belum stabil. Untuk itu negara harus mengimpor dari negara lain
seperti Vietnam,Thailand, India, Myanmar dan Pakistan.
Jika hal itu akan terus
terjadi apakah iya negara kita akan terus melakukan impor beras? Sementara
hutang negara ini sudah semakin membengkak kepada negara-negara yang ada di
dunia. Akhirnya bisa diprediksikan negara ini akan kelaparan jika sudah tidak
mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya semakin padat
tersebut. Untuk mengatasi kekurangan pangan ini perlu dicanangkan kembali
program diversifikasi pangan agar tidak hanya menggantungkan hidupnya pada
nasi. Misalnya: Ubi, talas, singkong, buah roti, jagung dan sebagainya. Berbagai
bahan pangan tersebut akan menjadi makanan yang menggiurkan apabila diolah
menjadi produk yang inovatif dan bercita rasa yang khas.
3.
Impor semakin tinggi
Setiap manusia
memerlukan beberapa produk yang bermanfaat untuk keberlangsungan hidupnya. Baik
itu dari segi makanan, minuman, serta produk-produk nonpangan yang sangat
membantu. Keadaan penduduk yang semakin padat akan menyebabkan ketersediaan
produk-produk dalam negeri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Ditambah lagi dengan makin maraknya kemajuan teknologi yang menyebabkan
penduduk yang padat mudah untuk menerima produk luar negeri yang menurut mereka
lebih berkualitas, baik itu di bidang teknologi hingga fashion semuanya tak mau
kalah menguasai dunia perdagangan. Akhirnya impor tidak bisa dielakkan lagi.
Sementara itu kebijakan terhadap ekspor-impor dunia sebagian besar semakin
memojokkan negara-negara tingkat perekonomian menengah seperti Indonesia.
4.
Pengangguran meningkat
Setiap orang yang sudah
berusia kerja, pasti punya keinginan untuk mendapatkan suatu pekerjaan yang
layak untuk hidupnya. Tuntutan ekonomi yang semakin mendesak dan angan untuk
merubah masa depan dapat diupayakan melalui pekerjaan yang menjanjikan. Namun
dengan jumlah penduduk yang semakin padat hal itu akan membuat persaingan dalam
memperebutkan pekerjaan tersebut akan semakin ketat. Apalagi ditambah dengan
sempitnya lapangan pekerjaan yang ada di negara ini. Tidak terhitung lagi
jumlah lulusan sarjana yang menganggur karena belum mendapatkan pekerjaan.
Sementara itu para warga yang tidak berpendidikan tinggi lebih memilih untuk
mencari pekerjaan ke luar negeri, dari menjadi seorang kuli hingga buruh cuci.
Semuanya dilakukan demi kebutuhan anak istri. Solusi yang bisa sedikit membantu
hal tersebut adalah dengan meningkatkan potensi membuka lapangan pekerjaan
sendiri sehingga para lulusan sarjana tidak hanya berlomba-lomba untuk menjadi
pegawai negeri, tapi mampu membuka lapangan usaha sendiri.
5.
Angka kemiskinan maju pesat
Apabila tingkat
pengangguran semakin tinggi maka bisa dipastikan angka kemiskinan juga akan
semakin meningkat. Banyaknya para warga berpendidikan rendah serta masyarakat
pengangguran yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada tahun 2013 saja
jumlah penduduk yang berada digaris kemiskinan mencapai sebesar 11,37 persen atau 28,07 juta orang, dari
jumlah penduduk keseluruhan. Jika ke depannya jumlah penduduknya semakin
bertambah dan pengangguran semakin tinggi maka masa depan negara ini akan
begitu memprihatinkan. Hal itu dikarenakan pemerintah belum mampu mengatasi
permasalahan yang paling utama menghantui negara ini, yaitu kemiskinan.
6.
Kesenjangan sosial kian terlihat
Semakin meningkatnya
tingkat kemiskinan menyebabkan kesenjangan sosial yang semakin tinggi.
Kepadatan penduduk di masa depan yang semakin membeludak menyebabkan semua
orang hanya memikirkan perut mereka sendiri. Hingga pada akhirnya para pejabat
dan kaum beruang yang telah berkuasa semakin haus untuk meningkatkan
kekayaannya tanpa peduli bahwa masih banyak kaum miskin yang hidupnya jauh dari
kata cukup. Ditambah lagi dengan makin parahnya krisis moral yang ditimbulkan
akibat uang tersebut tidak pandang bulu siapapun pelakunya. Yang kaya merasa puas
dengan menilap uang negara melalui korupsi, yang miskin mati-matian mencuri,
mencopet, merampok uang orang demi mempertahankan hidup mereka. Bisa
diprediksikan kelak akan menjadi hal yang biasa ketika sebuah rumah kardus,
reot, dan kumuh bersanding dengan bangunan megah yang penghuninya kaya raya
dengan harta melimpah.
Beberapa hal diatas
adalah dampak terhadap kesejahteraan sosial ekonomi yang bisa diprediksikan
apabila jumlah penduduk negara ini semakin padat dan tidak terkendali.
Indonesia akan semakin melarat, dan masa depan penduduknya jauh dari kata
sejahtera. Negara-negara maju di dunia akan berebut untuk menguasainya,
mengeksploitasi sumber daya alamnya hingga tak tersisa. Yang tersisa hanyalah
sebuah kepahitan, karena masyarakatnya kelaparan, menyandang pengangguran dan
menderita kemiskinan.
Komentar
Posting Komentar