Puisi : Perempuan di Persimpangan Jalan

Perempuan di Persimpangan Jalan

Sudah lama tersekat jeda
Kami ingin berlari, budaya menjegal kaki
Sekalipun sudah berkurang jaraknya
Sejak Kartini berteriak emansipasi

“Aku juga ingin maju!”, kata kami.
“Ingatlah, Kau ini perempuan!”, katamu.
“Aku ingin berpendidikan tinggi!”, kata kami.
“Lalu siapa yang akan mengurus anak suami?”, katamu.

Kami sering ketakutan
Betapa sering kekerasan pada perempuan diberitakan
Keluarga bisa jadi tersangka
Lalu dimana lagi tempat yang aman itu berada?

Semenjak itu kami lebih malu-malu
Takut ditentang kaum kelas satu
Dapur menjadi saksi ketidakberdayaan kami
Jangankan membaca, menyentuh bukupun kami tak berani

Lalu kalian beri kami kesempatan
Dibentuklah gerakan pemberdayaan perempuan
Namun budaya terlalu kuat untuk dilawan
Maafkan, bukannya kami takut akan perubahan

Kami tak ingin menyalahkan kaum laki-laki
Kaum kami juga sering melemahkan dirinya sendiri
Merasa bangga jika dipersunting lelaki kaya
Berdandan dengan make up tebalnya
Pendidikan bukan lagi prioritas utama

Untukmu perempuan,
Kalian tetap cantik tanpa harus dandan berlebihan
Otakmu lah, organ paling seksi yang harus dimaksimalkan
Jalan itu masih panjang, kita berada di persimpangan jalan
Teruslah melangkah ke depan, sebelum tergerus ketidakadilan


Jember, 21 April 2015

Komentar

Posting Komentar